Nopia bentuknya bulat lonjong dengan permukaan menggembung berwarna putih. Bagian bawahnya renyah keras dan bagian atasnya jika digigit akan 'kopong'. Ada rongga dan lelehan gula merah yang legit enak. Ini yang jadi ciri khas nopia Banyumas.
Sentra pengrajin nopia di RT 3 Rw 4 Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas. Para pengrajin Nopia sudah menekuni pembuatan nopia secara turun temurun. Bahkan Nopia pertama kali dibuat di desa tersebut dan dipasarkan di sejumlah sentra oleh-oleh di Banyumas.
Foto: Arbi Anugrah/dok. detikcom
|
"Nopia itu sudah ada sejak jaman nenek moyang. Produk nopia sudah ada tapi dulu itu yang dibuat adalah nopia yang besar. Mino (mini nopia) dan variannya itu pengembangannya dengan dibuat variasi, untuk bahannya sama saja. Jadi dari dulu sudah ada, dari orang tua sudah ada. disini ada 21 industri perajin Nopia," kata Mangun Handoyo (68) Humas Paguyuban Mino Nopia Parimas Desa Pekunden, Kamis (16/5/2019).
Nopia serupa dengan bakpia dari Jogja, tapi bentuknya lebih besar, seukuran genggaman tangan, dan memiliki tekstur kulit yang keras dan renyah. Selain nopia, ada pula mino alias mini nopia atau nopia berukuran yang kecil, seukuran bola bekel.
Foto: Arbi Anugrah/dok. detikcom
|
"Hari biasa sama jelang lebaran ini beda banget permintaannya, lebih banyak untuk lebaran. Biasanya dalam satu hari itu bikinnya 10 kilogram, tapi kalau menjelang lebaran bisa dua kali lipat, tinggal tenaga kerja sama modalnya saja," jelasnya.
Dia menjelaskan jika berapapun permintaan Mino Nopia, para pengrajin di paguyubannya siap untuk membuat. Hanya saja terdapat kendala tenaga kerja. Kerena kebanyakan usaha tersebut merupakan usaha turun temurun dari orang tua.
"Untuk harga variasi, tergantung rasa apa, untuk yang biasa Rp 15 ribu perkilogram. Untuk yang varian ada yang Rp 20-30 ribu dan dikemas dalam plastik 1 kilogram," ucapnya.
Ada berbagai varian rasa Mino Nopia di Desa Pekunden. Seperti rasa originalgula Jawa, cokelat, durian, nanas, rasa kelapa, rasa anggur, jeruk, nangka, hingga brambang (bawang merah). Tak ada ramuan khusus dalam nopianya, hanya komposisi antara tepung dan gula.
Foto: Arbi Anugrah/dok. detikcom
|
Untuk tahapan memasak nopia ini pun sangat unik. Setelah adonan jadi, kemudian dipotong kecil kecil dan diberikan isi gula Jawa yang telah dicampur tepung. Kemudian tahap pemanasan tungku atau gentong dari tanah liat yang dapat menampung hingga ratusan Mino Nopia.
Gentong tempat memanggangnya bulat dan nopia ditempel di keliling dinding gentong yang panas. Konon, tungku model tanah liat ini mampu mempertahankan panasnya dengan stabil serta diyakini lebih baik dibanding dengan oven modern berbahan bakar gas atau listrik.
Foto: Arbi Anugrah/dok. detikcom
|
"Untuk proses pembuatan kulit antara lain terigu dan gula pasir diaduk sampai rata, lalu baru manasin gentong dari tanah liat. Cara manasin gentong yaitu menggunakan kayu bakar selama setengah jam sampai kayunya habis, diamkan dulu nanti tinggal dimasukin nopianya dengan cara ditempel tempelkan," jelasnya.
Mino Nopia biasanya dipanggang sekitar 15 menit dan diangkat memakai alat sodetan dari besi. Nopia yang baru diangkat dari perapian, sejenak diangin-angin untuk menambah kerenyahan kulitnya.
"Saya buatnya yang Mino saja, yang Nopia besar saya tidak buat karena risikonya lebih besar juga. Ada bolong sedikit saja tidak mau mengembang dan mudah pecah," ujarnya.
Foto: Arbi Anugrah/dok. detikcom
|
Di Desa Pekunden sendiri terdapat sekitar 25 pengrajin Mino Nopia. Sedangkan 21 pengrajin Nopia mayoritas berada di RT 3 Rw 4. Masing masing pengusaha sudah memiliki pemasaran sendiri-sendiri dan lancar penjualannya.
"Mino Nopia kita juga biasanya dikirim ke Bali, Kalimantan, Sumatera, selain Banyumas. Ada juga yang dikirim ke China, satu truk, itu biasanya ditampung dulu ke Semarang," ungkapnya. (adr/odi)
Begini Proses Pembuatan Nopia, Camilan Manis Khas Banyumas
Baca Selanjutnya
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Begini Proses Pembuatan Nopia, Camilan Manis Khas Banyumas"
Post a Comment