Search

Cerpen: Tentang Ayah

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Sejak mengenal Saleh, Alan Hamsah lebih sering merenung dan membayangkan hal-hal mistis. Jika sedang duduk dengan Alan Hamsah, tak ada hal lain yang dibicarakannya selain hal-hal berbau mistis.

"Ada seorang ibu di Desa Paok Motong, ibu itu mandul. Lalu atas saran mbah Kikun, ibu itu memotong dua helai rambutnya, lalu digantung di batang pohon beringin yang ada di Kokok Putek.

Selang lima minggu, ia hamil. Lalu melahirkan, dan sekarang anaknya sudah 7. Padahal dulu, lima tahun menikah ia tak bisa hamil." Saleh bicara sembari menggosok-gosokkan batu akik kecilnya pada sebuah keramik.

"Hebat bener Mbah Kikun itu" Tampak Alan Hamsah sudah sedikit tertarik dengan cerita-cerita mistis dari bibir Saleh.
"Ya memang hebat, dan apakah kau tau Hamsah?" Saleh mendekatkan bibirnya di wajah Alan Hamsah. Alan Hamsah melotot, penasaran dengan apa yang akan dikatakan Saleh selanjutnya.

"Aku pernah bertemu Tuhan." Saleh bicara pelan, tapi nadanya begitu meyakinkan.
"Ngawur kamu Saleh." Alan Hamsah menjauhkan wajahnya dari Saleh.
"Kalau kau tak percaya, besok malam ikut aku ke Gua dekat Kokok Pancor Manis. Di sana aku biasa menemui Tuhan.

Dan, kau juga musti tau, doa kita akan cepat terkabul jika kita memohon langsung di depan-Nya." Saleh memandang Alan Hamsah dengan tajam.

"Kalau mau doa terkabul ya musti sholat lah." Alan Hamsah bicara.
"Apakah kau sholat? Apakah kau yakin setiap sholat doamu akan terkabul?" Saleh memperbaiki posisi duduknya. Alan Hamsah menggeleng.

Alan Hamsah dulu sempat memohon sesuatu. Ia rajin sholat dan selalu awal waktu. Permohonannya tak kunjung dipenuhi, Ia merasa kesal dan mulai berhenti sholat.
***

Keesokan malam, sesuai ajakan Saleh. Alan Hamsah ikut ke gua itu. Mereka membawa satu cobek kecil sambel tomat. Kata Saleh, sambel itu adalah perantara antara pertemuan hambanya dengan Tuhan.

Sambel itu mereka peroleh dengan ngutang di Bu Sadnah, perempuan yang punya warung di dekat lapangan Bonar Rakam.

Cobek itu pun disewa lima jam seharga sepuluh ribu di Bu Sadnah. Langkah Saleh begitu yakin menapaki jalan yang mulai gelap, meski sempat tertatih, hingga mereka sampai ke dalam gua.

Di dalam gua, Saleh mulai duduk dengan bersila. Ia memberi isyarat agar Alan Hamsah juga duduk sepertinya. Alan Hamsah pun ikut bersila. Satu cobek kecil sambel tomat itu Saleh letakkan di tengah mereka berdua. 

Itulah penggalan cerpen berjudul Tentang Ayah karya Rifat Khan. Selengkapnya simak di koran Banjarmasin Post edisi, Minggu (14/01/2018).

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi di sini http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/01/13/cerpen-tentang-ayah

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Cerpen: Tentang Ayah"

Post a Comment

Powered by Blogger.